Salam

السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Welcome to Al-Khairy Blog ~ (^_^) ~ Selamat Datang ke Al-Khairy Blog

ANDA BERHAK UNTUK MENYEBARKAN "HADIS-HADIS & FADHILAT-FADHILAT SERTA DAKWAH AMR MA'RUF" YANG ADA DALAM BLOG INI TANPA MEMINTA IZIN TERLEBIH DAHULU

Selamat Datang

Like

Search This Blog

Aqidah Ahlulsunnah Wal Jamaah

IKUTILAH AS-SUNNAH

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)

“Katakanlah (Wahai Muhmmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah s.a.w.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah Ali 'Imraan, 3: 31)


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Surah Al-Ahzab, 33: 21)

TV Al-Quran

TvQuran

Friday, November 25, 2011

KISAH SAHABAT - UWAIS AL QARNI

Seorang anak muda berkata kepada Umar bin al Khaththab,”Aku mempunyai seorang ibu yang telah berusia lanjut. Bila beliau ingin menunaikan sesuatu, maka punggungku adalah tunggangannya. Apakah dengan hal itu aku telah memenuhi haknya?”. Umar menjawab, “ Belum, karena ia telah melakukan hal yang sama terhadapmu sebelumnya. Ia melakukannya seraya mengharapkan engkau terus berada disampingnya, sedangkan engkau melakukannya seraya mengharapkan kepergiannya.”.

Betapa indah dan tulusnya kasih sayang seorang ibu. Dengan senang hati seorang ibu membersihkan anaknya dan menghilangkan kotorannya tanpa jijik atau mengomel. Namun, disaat ia memasuki usia tua dan tubuhnya sudah lemah, anaknya membersihkannya dengan terpaksa, melengoskan wajah, dan merasa jijik terhadapnya. Dengan demikian sebandingkah kasih sayang anak dengan kasih sayang ibu?.

Wahb bin Munabbih berkata , “Musa as, bertanya kepada Tuhannya, “Ya Tuhan, apa yang Engkau perintahkan kepadaku?” Tuhan menjawab, “Engkau jangan menyekutuhkan Aku dengan apa pun”. “ Lalu apa?”, “berbaktilah kepada ibumu!” “ Lalu ?” “ berbaktilah kepada ibumu” ( H.R. Ahmad dalam az-Zuhd ).

Allah Swt menyatakan bahwa keridhaan-Nya bergantung kepada keridhaan seorang ibu. Itu merupakan bentuk penghormatan anak terhadap ibunya, berbakti kepadanya, dan mencari keridhaannya adalah suatu keharusan bagi kita.

Kisah sapi betina dalam surat Al-baqarah merupakan gambaran seorang anak yang berbakti kepada Ibunya, dimana ia membagi malam menjadi tiga bagian. Sepertiganya ia gunakan untuk shalat, sepertiganya lagi ia manfaatkan untuk tidur, dan pada sepertiga berikutnya ia duduk didekat kepala ibunya untuk menjaga keyamanan tidur.

Pagi-pagi ia pergi mencari kayu bakar, kemudian ia menjualnya dipasar tanpa mematok harga. Berapa pun orang membayarnya. Ia terima. Sebab, menurutnya itu adalah kehendak Allah Swt. Sepertiga dari hasil penjualan kayu bakar itu ia sedekahkan, sepertiganya lagi ia gunakan untuk makan , dan sepertiga sisanya ia serahkan kepada ibunya.

Betapa indahnya kisah pemuda diatas, yang memuliakan ibunya sehingga kisahnya melatar belakangi kisah dalam Al-qur’an, dia bukan Nabi dan bukan pula Rasul tetapi baktinya terhadap ibunya menjadikan keridhaan Allah Swt sehingga sapi peliharaannya menjadi nama surat dalam al-qur’an.

Sekarang katakan pada nafsu Anda,
“Wahai nafsu, apa sih ruginya buatmu seandainya aku patuh kepada ibuku, sebagaimana yang diperintakan Allah Swt ? Apa ruginya buatmu bila engkau melaksanakan apa yang aku perintahkan kepadamu? Sementara itu, kebahagiaan sudah menunggumu, cahaya kesenangan dan ketenangan telah bersinar didepanmu.

Wahai diriku yang hina, apa ruginya buat kamu sekiranya kamu menyerahkan jeri payahmu kepada ibumu? Apa ruginya bila Kamu melayaninya setiap hari, mencium tangannya dan kakinya, kamu meminta doa serta keridhaannya? Apakah semua itu membuat kamu hina? Atau kamu merasa risi bila orang-orang mengatakan kamu adalah orang yang di ridha oleh ibumu?.

Ada kisah menarik tentang Uwis bin ‘Amir al-Qarni. Ia hidup ketika Rasulullah saw masih ada, hanya saja ia tidak pernah melihat beliau, dengan demikian , secara definitif statusnya adalah seorang tabi’in bukan sahabat, akan tetapi karena Rasulullah saw memberikan kesaksian tentang kesalehannya dan ketakwaannya, dan bahwa ia adalah sebaik-baik tabi’in, maka hal itu mensejajarkannya dengan barisan para sahabat.

Bahkan Rasulullah berpesan kepada Umar bin al-Khathathab r.a,bahwa jika kelak berjumpa dengannya agar jangan lupa memintanya untuk memohonkan ampunan kepada Allah Swt.

Uwis bin ‘Amir al-Qarni adalah seorang pria Yaman yang menjalankan hidupnya dalam kemiskinan, memiliki status sosial rendah, tidak dipedulikan, dan tidak pernah diperhatikan. Akan tetapi di sisi Allah ia adalah orang besar, bahkan amat besar, seandainya ia bersumpah atas nama Allah untuk melaksanakan sesuatu, pasti Allah memenuhinya.

Sewaktu mendengar berita tentang Rasulullah saw, ia langsung mempercayai dan membenarkannya. Sebenarnya ia berharap bisa berhijrah ke Madinah al-Munawarah, hanya saja perhatiannya dalam berbakti kepada ibunya menahan niatnya itu. Ia rela menerima kenyatan tidak dapat membina jalinan persahabatan yang amat mulia di dunia dan tidak bisa melihat Rasulullah secara langsung , seraya berharap bisa menemani beliau disurga disebakan berbaktinya kepada ibunya, sehingga ia mendapatkan keridhaan Allah Swt dan Allah Swt menyampaikan beritanya kepada Rasulullah saw, dan Rasul pun menyampaikan beritanya kepada sahabatnya.

Wahai saudaraku betapa keridhaan Allah Swt sangat tergantung kepada keridhaan orang tua, jangan pernah engkau menyakitinya walaupun hanya lintasan hati, karena walupun engkau cuci kakinya hingga bersih setelah itu kau minum air cucian kakinya, sesungguhnya itu pun belum dapat menyamai pengorbanannya.

Wahai saudaraku, pehatikanlah ungkapan Ali bin al-Husain bin Ali, cicit Rasulullah saw, tatkala ia ditanya , Engkau adalah orang yang paling berbakti, tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu.” Ia menjawab. “ aku takut tanganku lebih dahulu menggapai apa yang lebih dahulu dilihat ibuku. Dengan demikian aku menjadi anak yang durhaka.”.

Dalam kesempatan lain ketika teman-temannya bertanya tentang keterlambatannya. Ia menjawab, “Aku baru saja berguling-guling di taman-taman syurga. Aku pernah mendengar bahwa surga terletak di bawah telapak kaki ibu.”

Begitu indah ungkapan itu, cicit Rasulullah saja melakukannya, tidak hanya mencium tangannya tapi juga telapak kakinya, bahkanUmar bin Maimun bin Mahran pernah bercerita suatu hari dia menuntun ayahnya disebuah gang di kota Madinah. Ketika mereka melintas diatas sebuah got, ayahnya tidak bisa melintas, lantaran usianya telah lanjut dan tenaganya berkurang. Maka ia berinisiatif berbaring melintang diatas got, hingga ayahnya bisa melewati dengan menginjak punggungnya.

Betapa indah dan agungnya bakti mereka kepada orang tua mereka, kenapa kita masih ragu untuk melakukannya?? Walaupun tidak sama seperti mereka setidaknya kita memberikan perhatian yang lebih kepada kedua orang tua kita.

Seandainya orang tua anda masih hidup , anda bisa mendapatkannya kebahagianan yang sempurna, sebagai mana yang didapatkan oleh Uways bin ‘Amir al-Qarni. Jika Anda menyai-nyiakan kesempatan berharga tersebut, berarti Anda menyia-nyiakan seluruh hidup Anda.

Lalu bagaimana kalau orang tua kita sudah meninggal dunia??? Apa yang bisa kita lakukan ?

Ada kisah menarik tentang Nabi Isa a.s. seperti tertulis dibawah ini :
Nabi Isa pernah melewati suatu kuburan dan dia mendengar ahli kubur itu sedang mendapat azab kubur, beberapa waktu kemudianNabi Isa melewati kuburan yang sama dan ahli kubur tersebut sedang mendapatkan kenikmatan, lalu Nabi Isa bertanya kepada Allah Swt, “Ya Allah beberapa hari yang lalu saya melewati suatu kuburan dan saya mendengar ahli kubur itu sedang mendapatkan siksaan dari Engkau tapi hari berikutnya saya melewati kuburan yang sama, tetapi ahli kubur itu sedang mendapatkan kenikmatan.”. 

 maka Allah Swt berfirman :  
“ Wahai Isa Aku malu menyiksa seorang hamba diperut bumi sedangkan anaknya menyebut Aku dipermukaan bumi.”

Saudaraku kesempatan masih tebuka lebar untuk kita berbakti kepada kedua orang tua kita walaupun kita telah berbeda Alam,jadi tunggu apa lagi ? mulailah berbakti kepada kedua orang tua kita sedaya upaya kita, selama Allah swt masih membuka kesempatan lebar-lebar pada kita, jangan sia-siakan waktu yang Allah beri untuk menggapai keridhaannya.

Mudah-mudahkan dengan kisah ini Saya dan Anda semakin yakin , bahwa berbakti atau patuh kepada orang tua khususnya ibu merupakan penyebab kebahagian seorang anak di dunia, apa lagi diakhirat kelak. Bertapa indahnya dan eloknya nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung didalamnya.

Semoga Allah swt menjadikan kita anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua kita, sehingga Allah Swt memberikan keridhaannya kepada kita dan kedua orang tua kita. Amien.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

DOWNLOAD AZAN

ISLAMIC BANNER

ISLAMIC FHOTO

DAILY PRAYER TIME