Salam

السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

Welcome to Al-Khairy Blog ~ (^_^) ~ Selamat Datang ke Al-Khairy Blog

ANDA BERHAK UNTUK MENYEBARKAN "HADIS-HADIS & FADHILAT-FADHILAT SERTA DAKWAH AMR MA'RUF" YANG ADA DALAM BLOG INI TANPA MEMINTA IZIN TERLEBIH DAHULU

Selamat Datang

Like

Search This Blog

Aqidah Ahlulsunnah Wal Jamaah

IKUTILAH AS-SUNNAH

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)

“Katakanlah (Wahai Muhmmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah s.a.w.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah Ali 'Imraan, 3: 31)


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Surah Al-Ahzab, 33: 21)

TV Al-Quran

TvQuran

Friday, May 20, 2011

TIGA MASJID SUCI


MASJIDIL Haram di Makkah al Mukarramah menjadi kiblat umat Islam sedunia, sebelumnya Masjidil Aqsha di Jerussalem, Palestina merupakan kiblat umat Islam sampai turun perintah untuk menjadikan Ka'bah sebagai kiblat hingga sekarang. Sedangkan Masjid Nabawi di Madinah al Munawarrah, memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat muslim.

Ketiga kota suci yang di dalamnya terdapat masjid mulia itu, menjadi kebanggaan umat muslim di seluruh dunia. Masyarakat muslim yang berkesempatan menjalankan ibadah haji, menyempatkan untuk mukim dan shalat di tempat-tempat suci tersebut. Masjidil Haram dan kota-kota di sekitar Makkah al Mukarramah menjadi pusat ibadah haji seperti Arafah, Mudzalifah, Mina tidak dapat ditinggalkan. Keberadaan jamaah haji di Makkah berkaitan erat dengan ritual ibadah, seperti tawaf, sa'i dan wukuf serta jamarat. Hanya saja masyarakat muslim kesulitan untuk dapat beribadah di Masjidil Aqsha, sebab kota Jerussalem yang menjadi hak bangsa Palestina berada di bawah kaum penjajah zionis Israel. Masyarakat muslim baik yang berada di daerah pendudukan Palestina maupun yang datang dari berbagai daerah banyak mendapat rintangan untuk mendekati Masjidil Aqsha.

Masyarakat muslim dari seluruh dunia bertanggungjawab untuk mengembalikan keberadaan Masjidil Aqsha yang selama ini berada di bawah penguasaan Israel dengan berbagai klaim yang mendasarkan masa silam. Masyarakat muslim memiliki kewajiban yang sama untuk mewujudkan kesejahteraan umat Islam, termasuk mereka yang berada di Palestina. Masjidil Aqsha menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat muslim sedunia, keberadaannya merupakan satu kesatuan utuh dari masyarakat Islam. Kalau selama ini berada di bawah penguasaan bangsa penjajah, masyarakat muslim harus tetap memiliki akses untuk melakukan berbagai kegiatan baik ibadah mahdhah maupun ibadah muamalah.Masyarakat muslim di Palestina memiliki akses terbatas, bahkan untuk melakukan ibadah mahdhah harus menjalani berbagai pemeriksaan. Berbagai bentuk penggeledahan bahkan terhadap orang tua yang secara fisik tidak dapat melakukan perlawanan, juga diperlakukan secara tidak baik.

Untuk itu menjadikan Masjidil Aqsha sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat muslim merupakan keharusan sejarah. Cepat atau lambat umat Islam harus memiliki kembali Masjidil Aqsha dan Jerussalem secara keseluruhan sehingga dapat melak ukan ber bagai aktifitas baik ibadah mahdhah maupun sosial kemasyarakatan. Sedangkan di Madinah al Munawarrah masyarakat muslim berziarah sekaligus menunaikan ibadah shalat arbain di Masjid Nabawi. Meski tidak terkait dengan ibadah haji secara langsung, Masjid Nabawi dan Madinah al Munawarrah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat muslim yang berkesempatan menunaikan ibadah haji.

Selain menapak tilasi per juangan Rasulullah Muhammad SAW, juga berziarah di sejumlah medan pertempuran yang digunakan masyarakat muslim dalam menunjukkan pembelaan terhadap tegaknya ajaran Islam. Di sana terdapat makam Rasulullah Muhammad SAW bersama sahabat-sahabat utama beliau. Di Masjid Nabawi juga terdapat Raudhah tempat antara mimbar dan kediaman Rasulullah Muhammad SAW semasa beliau hidup yang menjadi salah satu tempat istimewa bagi masyarakat muslim. Doa yang dipanjatkan di Raudhah akan dikabulkan Allah SWT.

Bangunan Masjid Nabawi menawan bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya, memberi inspirasi bagi pembangunan masjid di kemudian hari. Arsitekturnya yang indah, kenyamanan di dalamnya dan tentu saja pahala bagi setiap muslim yang beribadah di sana. Keberadaannya memberikan daya tarik tersendiri bagi umat Islam - khususnya jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia.

untuk beribadah sekaligus upaya meraih pahala berganda.Untuk mencapai Raudhah yang menjadi dambaan umat Islam harus berebutan sebelum masuk ke tempat itu untuk shalat, berzikir, berdoa dan membaca at Qur'an. Guna menjaga ketertiban dan kekhusukan dalam beribadah, maka waktu berkunjung ke Raudhah antara laki-laki dan perempuan dipisah.

Waktu berkunjung perempuan pagi hingga menjelang shalat dzuhur dilanjutkan hingga ashar. Sedangkan untuk laki-laki usai shalat ashar hingga ba'da Isya. Selesai shalat dzuhur tampak petugas masjid menyekat sisi-sisi Raudhah dengan terpal putih secara rapat, sehingga taman surga tersebut tidak terlihat dari luar.

Pada waktu berkunjung wanita, hanya kaum hawa yang diperbolehkan masuk Raudhah, laki-laki dilarang. Kaum pria hanya dipersilakan berziarah ke makam Nabi atau harus bersabar menunggu waktu kunjung wanita selesai. Umumnya pada saat hijab Raudhah dibuka, jamaah lakilaki berebutan untuk mendapatkan tempat, sekaligus shalat sunah dan shalat ashar serta maghrib, bahkan ada yang melanjutkannya samai shalat isya.

Meski demikian, tidak semua orang yang ikut shalat di Masjid Nabawi mengetahui letak taman surga tersebut. Ada yang menganggap Raudhah itu terletak tiga shaf terdepan. Ada juga yang menganggap di tengah. Apalagi belakangan ini bangunan Masjid Nabawi diperbesar dan dipercantik, tentunya banyak jamaah bingung mengenali letak Raudhah.

R a u d h a h t e r l e t a k antara makam Rasul dan mimbarnya. Luasnya kurang lebih 144 meter persegi. Saat ini lokasi itu ditandai dengan pilar-pilar berwarna putih dengan ornamen yang khas. Sedangkan lantainya dilapisi karpet wool berwarna putih. Warna karpet ini berbeda dengan warna karpet Masjid Nabawi yang semuanya berwarna merah.

Taman surga ini merupakan tempat mustajab untuk berdoa. Tak heran bila setiap saat jamaah setalu memadatinya melebihi sudut-sudut lain di Masjid Nabawi, sehingga agak sulit menuju ke tempat ini. Raudhah dapat dicapai melatui beberapa pintu. Pintu paling dekat adalah pintu Jibril, terletak di kiri masjid bagian belakang dari arah depan. Kalau hanya ingin mampir di makam Rasul, maka jamaah dapat masuk melalui pintu As-Salam dan Abu Bakar yang terletak pada bagian kanan masjid bagian belakang.

Tepat di sisi kiri 'Raudhah/terletak makam Rasulutlah, Abu Bakar Shiddig, dan Umar bin Khathab. Makam ini dikelilingi dinding dengan pintu berlapis emas. Banyak penjaga berdiri di sisi-sisinya. Di atasnya ada kubah berwarna hijau.Di sisi kanan bagian depan dari Raudhah terdapat mimbar Nabi. Di dekatnya terdapat Mihrab (tempat imam) Nabi. Mihrab ini terletak beberapa meter (sekitar 4 shaf) di belakang Mihrab Masjid Nabawi. Raudhah adalah satu bagian yang terdapat di bagian dalam Masjid Nabawi yang letaknya di antara rumah (sekarang kuburan Nabi) dan mimbar.

Hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan, "Di antara rumahku dan mimbarku adalah sebagian taman surga." Sebuah hadits Nabi menyatakan bahwa letak 'Raudhah' di antara rumah dan mimbar beliau, maka luas 'Raudhah' itu berdiameter sekitar 22 meter x 15 meter, yakni jarak antara rumah Nabi dan mimbarnya kurang lebih 22 meter dan panjang ke belakang kurang lebih 15 meter.

Raudhah adalah salah satu tempat makbul untuk berdoa, karenanya selalu dipadati oleh jamaah. Kalau ingin shalat subuh di 'Raudhah', kita harus bangun dan berangkat ke Masjid pukul 03.00 pagi. Tempat itu menjadi rebutan diantara jamaah pria. Jamaah wanita tidak dapat bersembahyang wajib di sini karena seluruh shaf diisi jamaah pria. Jamaah wanita diberi kesempatan untuk shalat sunat pada jam duha, dari pagi dan setelah zuhur.

Raudhah memiliki beberapa tiang.

Tiang Siti Aisyah terletak di tengah 'Raudhah', yakni tiang yang ketiga dari mimbar dan dinding makam Rasulullah. Di tengah tiang ini terdapat tulisan dalam bahasa Arab UsthuwanahAisyah.

Kemudian tiang Taubah, disebut sebagai Usthuwanah At-Taubah karena terletak di antara tiang Aisyah dan Tiang as-Srir (dinding makam Rasulullah).

Tiang ini terkenal juga dengan nama Tiang Abu Lubabah (Usthuwaanah Abu Lubabah). Tiang as-Sarir (Usthuwaanah as-Sarir). Kata as-Sarir artinya tempat tidur. Tiang asSarir letaknya di sebelah timur (disamping)tiang Taubah, menempel dengan dinding makam Rasulullah SAW.

Tiang Haras (Usthuwaanah al-Haras).
Tiang ini terletak menempat pada dinding makam Nabi Muhammad SAW sebelah utara dari tiang as-Sarir. Tiang ini bersejarah karena di situlah para sahabat mengawal Nabi Muhammad SAW dan menjadikan tempat itu sebagai pos keamanan untuk menjaga keselamatan dan keamanan Rasulullah hingga datang jaminan keamanan dari Allah untuk Rasulullah SAW melalui firman-Nya. "AUah memelihara engkau dari gangguan manusia (surat Al-Maidah ayat 67).

Tiang al-Wufud (Usthuwaanah al-Wufud).
Tiang ini terletak paling utara dari tiang as-Sarir dan tiang al-Haras. Letaknya menempel dengan dinding makam Rasulullah SAW. Tiang al-Wufud ini asalnya adalah tempat Rasulullah menerima tamu-tamu pentingnya, baik petinggi-petinggi Arab maupun orang-orang terkemuka dari para sahabat.

Semua tiang-tiang bersejarah itu hingga kini masih tetap dipelihara dan ada di tempatnya. Setiap jamaah yang megunjungi Masjid Nabawi dapat menyaksikan dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam menjalani kehidupan ini.*


AL MASJIDIL HARAM

Kiblat Umat Islam di Seluruh Dunia

Sepanjang sejarah kemanusiaan tidak ada suatu kota yang telah dan masih tetap meraih pensucian dan penghormatan seperti yang diraih oleh Makkah Al Mukarramah karena ada Al Ka'bah Al Musyarrafah, rumah pertama yang dibuat untuk umat manusia guna beribadah kepada Allah dan meng-esakan-Nya yang dasardasarnya telah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail Alaihima As Salam agar menjadi suatu tempat yang disucikan yang menjadi tempat tujuan orang-orang yang beriman dan beribadah haji ke tempat itu.

K e t i k a a g a m a I s l a m d a t a n g , ia memantapkan kesucian Makkah Al Mukarramah dan meningkatkan kewibawaan dan kehormatannya. Karena ditempat itulah Muhammad SAW dilahirkan dan diturunkan wahyu kepadanya serta diutus sebagai seorang Nabi dan Rasul bagi semesta Alam yang menghimbau kepada pengesaan ibadah kepada Allah SWT tanpa mempersekutukannya dengan yang lain. Allah telah menjadikan Al Ka'bah Al Musyarrafah sebagai kiblat bagi kaum muslimin, kearah tempat inilah mereka menghadap dalam shalat-shalat yang mereka tunaikan. Islam juga telah menetapkan ibadah Haji ke Baitullah Al Haram dan menjadikannya sebagai suatu kewajiban dan rukun Islam.

Sepanjang masa-masa Islam, kehormatan dan kesucian tempat-tempat suci telah terpelihara dan pengayoman orang-orang yang bertugas melayaninya.

Pembaharuan pertama bangunan Ka'bah telah dilakukan, sejarah menyebutkan pada tahun 605 M, yakni sebelum Muhammad SAW diutus sebagai Nabi. Ketika terjadi perselisihan pendapat antara kabilahkabilah selama proses pembaharuan bangunan Ka'bah tersebut karena peletakan At Hajarul Aswad pada posisinya. Dimana setiap Kabilah berpendapat bahwa dialah yang lebih berhak untuk meletakkannya. Perselisihan itu telah dapat diatasi oleh Muhammad SAW dengan meletakkan Al Hajarul Aswad diatas kain dan beliau meminta tiap kabilah untuk memegang tiap sudut kain itu dan mengangkatnya, kemudian beliau mengambil Al Hajarul Aswad itu dan meletakkannya dengan kedua tangan beliau yang mulia pada posisinya. Kabah tetap dalam kondisinya seperti itu tidak berubah sedikitpun dalam bangunannya hingga agama Islam datang,
maka lenyapkanlah patung-patung dari Baitul Haram dan sekitarnya.

Perluasan pertama Al Masjidil Haram di masa Islam dilakukan pada masa Umar bin Khatab RA, Khalifah ke II dari Khulafaur Rasyidin. Pada masa Umawiyyah, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik menambahkan sebidang tanah ke dalam areal masjid dan memperbaharui bangunannya serta membangun atap-atap melengkung yang diberi ornament mosaik di atas pilar-pilar dari marmer yang didatangkan dari Mesir dan Syam. Pada masa Abbasiyah areal yang luas ke dalam Al Masjidil Haram dan membangun serambi bundar.

Ketika Khalifah Al Mahdi menunaikan
ibadah haji tahun 776M ia membeli rumahrumah yang terletak diantara Al Masjidil
Haram dan Al Mas'a (tempat menunaikan
ibadah Sa'i) dan menghancurkan rumahrumah itu serta memasukkan lahannya
kedalam areal masjid. Luas areal masjid
setelah perluasan-perluasan yang dilakukan
pada masa Al Mahdi berjumlah 120.000
hasta persegi (menurut kamusArab-lnggris,
AlMawrid, susunan Dr. Rohli Baalbaki, hasta
adalah ukuran panjang, 1 hasta = sekitar 18
inch, penterjemah)
Pada masa Dinasti Abbasiyyah ke II,
Khalifah Al Mu'tadlil Billah dan Khalifah
sesudahnya, yaitu Khalifah Al Muqtadir Billah
menambahkan suatu areal tanah kedalam
Al Masjidil Haram, yaitu penambahan
yang dengan penambahan itu luas masjid
mencapai luas maksimal pada tahun
306H/918M. Dan begitulah keadan alMasjidil
Haram hingga masa Saudi. Sepanjang masa
pemerintahan Dinasti Fathimiyyah, Dinasti
Ayyubiyyah, DinastyAlMamalikdan Dinasty
Turki Utsmani, Al Masjidil Haram selama
kurun waktu itu hanya sebatas pada
kegiatan pemugaran dan perbaikan.
"Kepedulian Negara Saudi
Terhadap Dua Masjid Suci"
Ketika kehormatan untuk merawat dan
melayani kedua masjid suci itu dipercayakan
kepada NegaraArab Saudi, maka Almarhum
Raja Abdul Aziz memberikan perhatian
besar untuk melayani kedua masjid suci
tersebut dan mengerahkan segenap potensi
negaranya yang masih muda itu untuk
menebarkan keamanan dan menegakkan
keadilan serta memberlakukan ketertiban
diseluruh penjuru negeri ini. Dalam hal
ini beliau menjadikan pengamanan jalanjalan yang ditempuh Jamaah haji dan
perlindungan terhadap Jamaah haji yang
datang dari setiap penjuru dunia sebagai
kepedulian beliau yang pertama dan
pusat perhatiannya. Ketika itu perjalanan
ibadah Haji dihadang bahaya-bahaya dan
ketakutan-ketakutan, dimana jamaah
haji tidak merasa aman terhadap diri dan
hartanya. Karena sering terlanda aksi-aksi
pencurian dan perampokan yang biasa
dilakukan oleh sebagian anggota kabilahkabilah Badui.
Kabilah-kabilah badui ini dimasa-masa
lampau tidak mengizinkan seorang melintasi
atau mendek atinya, apabila ia tidak membayar upeti yang merupakan bagian
besar dari sumber-sumber hasil serbuan
mereka. Maka Raja Abdul Aziz dengan penuh
kekuatan menghantam tangan-tangan
para pengacau tersebut dan menumpas
aksi-aksi pencurian dan perampokan serta
memberlakukan ketertiban, keamanan
dan kedamaian. Beliau menegakkan
kekuasaannnya di segenap kawasan negeri
ini. Sejak waktu itu perjalanan ibadah Haji
menjadi aman dan para jamaah haji yang
datang ke Masjidil Haram dan berziarah
ke Masjid Nabi Muhammad SAW menikmati
keamanan, kenyamanan dan ketentraman.
"Pertuasan dan Pemugaran
Saudi yang Pertama terhadap
AI-Masjidil Haram"
Telah berlalu kurun waktu yang cukup
panjang terhadap perluasan Al Masjidil
Haram yang terakhir pada tahun 306 H
(908 M) dan sejalan dengan bertambahnya
jumlah kaum muslimin, dimana dalam kurun
waktu ini areal dunia Islam telah semakin
meluas sehingga mencakup negara-negara
dan bangsa-bangsa baru di Afrika dan Asia.
Disamping perkembangan luar biasa
yang dialami zaman modern dibidang
sarana transportasi yang telah mampu
mempersingkat jarak dan memperdekat
antara berbagai negeri, semua ini telah
mengakibatkan berlipat gandanya jumlah
jamaah haji ke BaitullahAl Haram. Sehingga
memperlihatkan betapa perlunya perluasan
Al Masjidil Haram agar mampu menampung
jamaah shalat.
Untuk itu almarhum Raja Saudi pada
tahun 1375 H (1955 M) mengeluarkan
instruksinya untuk melakukan pemugaran
dan perluasan menyeluruh terhadap
Al Masjidil Haram. Perluasan ini telah
dilakukan dalam beberapa tahap :
Tahap Pertama
Kegiatan tahap pertama ini dimulai
pada tahun 1375 H (1955 M) dan mencakup
sejumlah kegiatan, yang terpenting
adalah:
Membongkar bangunan-bangunan
perumahan dan pertokoan yang ada
didekat As Mas'a (tempat menunaikan
Sa'i) dan menghancurkan gedunggedung yang ada disebelah timur Al
Marwah serta memulainya pembuatan
jalan baru yang memanjang disamping
As Safa dan Al Marwah hingga kedaerah
Al Oprarah dan daerah Asy Syami'ah.
Membangun Al Mas'a terdiri atas dua
lantai (tingkat) untuk menampung
sebanyak mungkin para jamaah.
Panjang Al Mas'a dari dalam berjumlah
394.5 meter dan lebarnya 20 meter.
Tingginya lantai bawah Al Mas'a adalah
12 meter dan tinggi lantai atasnya 9
meter.
Ditengah-tengah Al Mas'a dibangun
pagar perintang yang dibagi menjadi
2 bagian panjang, salah satunya
disediakan untuk menunaikan Sa'i
dari As Safa ke Al Marwah dan yang
lainnya dari Al Marwah keAs Safa untuk
memperlancar pelaksanaan Sa'i dan
mencegah terjadinya tabrakan antara
para penunai Sa'i yang sedang botak
balik antara As Safa dan Al Marwah
Diarah timur Al Mas'a dibangun 16 pintu.
Untuk lantai atas (tingkat 2 ) disediakan
2 pintu gerbang masuk. Salah satunya di
As Safa dan lainnya di Al Marwah. Untuk
lantai atas ini dibangun 2 tangga dari
dalam masjid. Salah satunya di pintu
As Safa dan lainnya di pintu (Bab) As
Salam. Dibawah lantai bawah (tingkat
1) dibangun pula suatu lantai bawah
tanah (underground). Yang tingginya
mencapai 3.5 meter.

Tahap Kedua
Pelaksanaan tahap kedua ini
dimulai pada tahun 1379 H (1959 M).
Dalam tahap ini dibangun dasar
serambi sebelah selatan dan
tembok - tembok nya dibalut
dengan batu pualam, demikian
pula atap-atap yang melengkung
dan atap-atap lainnya dibalut
dengan batu berukir.
Menyelesaikan bagian yang belum
terselesaikan dari pembuatan
saluran pembuangan air bah.
Diatas As Safa dibangun jalur
bundar an ( jalan melingk ar )
setinggi ruang lantai atas serambi
sebelah selatan dan Al Mas'a dan
antara keduanya disambungkan
dengan atap bulat berkubah.
Jalur ini disediakan untuk orangorang yang masuk dari pintu As Safa
yang baru menuju ke salah satu
dari dua lantai (tingkat).
Tahap ketiga
Pelaksanaan tahap ketiga ini dimulai
tahun 1381 H (1961 M).
Dalam tahap ini dibangun bagian
kedua dari serambi barat daya dan
diselesaikannya pembangunan lantai
bawah tanah dibagian ini.
Dibangun serambi utara diareal yang
memanjang dari pintu (Bab) Al Umroh ke
Bab As Salam.
Menyelesaikan pembangunan lantai
bawah tanah yang dibangun dibawah
seluruh bangunan al Masjidil Haram
selain Al Mas'a
Luas As Mas'a setelah digabungkan
dengan Masjid menjadi 8.000 m
2
untuk lantai
atas dan 8.000 m
2
untuk lantai bawah.
Diseputar Al Masjidil Haram dibangun
lima tanah lapangan dan jumlah pintupintu Al Masjidil Haram menjadi 64 pintu.
Digali terowongan-terowongan disegenap
arah yang diperlengkapi dengan kamarkamar kecil (wc) dan tempat-tempat
berwudhu guna menghindari para jamaah
dari kecelakaan lalu lintas dan mengurangi
kepadatan ketika mereka keluar dari Masjidil
Haram atau ketika mereka memasukinya.
Sesudah perluasan ini, luas al Masjidil
Haram menjadi 193.000 meter persegi,
padahal sebelumnya hanya 29.120 meter
persegi. Jadi penambahannya seluas
163.873 meter persegi. DemikianAlMasjidil
Haram bisa menampung sekitar 400.000
lebih jamaah. Perluasan ini juga mencakup
pemugaran Al kabah Musyarafah dan
perluasan tempat menunaikan tawaf serta
pembaharuan makam Nabi Ibrahim As.
Perluasan dan Pemugaran Al Masjidil
Haram Oleh Khadimul Haramain Asy
Syarifain, Raja Fahd bin Abdul Aziz Al
Saud.

Proyek Khadimul Haramain Asy Syarifain
untuk perluasan dan pemugaran al Masjidil
Haram di Makkah Al Mukarramah mencakup
penambahan bagian baru ke dalam bangunan
masjid yang ada sekarang ini dari arah barat
di kawasan Asy Souq As Saghir antara pintu
(Bab) al Umroh dan Bab Al Malik.
Luas lantai-lantai yang ada pada bangunan
ini berjumlah 76.000 meter persegi yang
terbagi kepada lantai bawah tanah, lantai
bawah, lantai pertama dan lantai paling
atas (atap) yang dapat menampung sekitar
152.000 jamaah.
Proyek ini mencakup juga pembuatan
halaman-halaman (pelataran-pelataran)
luar dan pemasangan ubin terbuat dari
marmer putih pada seluruh pelataran
tersebut, antara lain pelataran yang masih
ada dari arah Asy Souq Saghir dan pelataran
kearah Asy Syamiah serta pelataran yang
terletak disebelah timur Al Mas'a yang luas
keseluruhannya berjumlah 85.800 m
2
dan
cukup untuk menampung 190.000 jamaah.
Dengan demikian luas Al Masjidil
Haram mencakup bangunan masjid setelah
perluasan yang sekarang ini dan lantai
paling atas (atap) serta seluruh pelataran
berjumlah 35.600 m
2
dan dapat menampung
sekitar 773.000 jamaah pada hari-hari biasa,
sementara pada musim-musim tertentu,
yaitu musim-musim haji, umroh dan bulan
ramadhan bisa menampung lebih dari satu
juta jamaah.
Pintu-pintu Masuk dan
menara-menara Adzan.
Bangunan perluasan Al Masjidil Haram
mempunyai satu pintu gerbang masuk
utama yang baru dan 18 pintu masuk biasa,
disamping pintu-pintu gerbang masuk Al
Masjidil Haram yang ada sekarang ini yang
berjumlah 3 pintu gerbang masuk utama
dan 27 pintu masuk biasa. Dalam rancang
bangun bangunan perluasan itu diperhatikan
pembuatan 2 pintu gerbang masuk yang baru
menuju lantai bawah tanah, disamping 4
pintu gerbang masuk yang memang sudah
ada sebelumnya.
Bangunan perluasan tersebut mempunyai
2 menara adzan yang baru dengan ketinggian
89 meter. Rancang bangun arsitektur dan
bahan-bahan bangunannya digunakan ke 2
Menara Adzan ini serupa dengan ke 7 Menara
Adzan yang sudah ada.
Arus Para Jamaah
Untuk memperlancar tibanya gelombanggelombang para jamaah ke lantai paling
atas (atap) bangunan perluasan Al Masjidil
Haram pada musim-musim tertentu, maka
telah ditambahkan 2 bangunan untuk
tangga-tangga berjalan (escalator), salah
satunya disebelah utara bangunan perluasan
dan yang lainnya disebelah selatan. Luas
tiap bangunan itu adalah 375 m
2
Tiap .
bangunan tersebut berisi 2 kelompok
tangga-tangga berjalan. Kapasitas daya
tampung tiap kelompok tersebut adalah
15.000 orang perjam. Disamping itu masih
ada 2 kelompok tangga-tangga berjalan
didalam perbatasan bangunan perluasan
Al Masjidil Haram. Tangga-tangga berjalan
yang ada bangunan perluasannya tersebut
berjumlah 56 tangga. Bangunan perluasan
itu juga mempunyai 2 lift pintu utama dan
2 lift untuk mengangkut barang, disamping
8 unit tangga bagian dalam.
Disamping 8 unit tangga biasa, tanggatangga berjalan dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu melayani arus para jamaah
haji dan jamaah tanpa harus bersusah
payah, terutama orang-orang yang sudah
lanjut usia.
Dengan demikian seluruh bangunan
tangga- tangga berjalan berjumlah 7
bangunan yang tersebar diseputar lingkaran
AlMasjidil Haram dan bangunan perluasannya
untuk melayani para pengunjung lantai 1
dan lantai yang paling atas (atap).

Pilar-pilaryang ada di bangunan perluasan
berjumlah 4.453 pilaryang keseluruhannya
dibalut dengan marmer, 1.120 diantaranya
adalah pilar-pilar bermahkota dan punya
landasan terbuat dari marmer dan dilandasan
tersebut ada lubang-lubang pendingin udara
(AC) dan 333 pilar biasa. Tinggi tiap pilar
dilantai dasar 4,5 m dan dilantai 1 setinggi
4,7 m. Sedangkan landasan-landasan pilar
tersebut berbentuk persegi enam. Tinggi
bagian depan (luar) bangunan perluasan
Al Masjidil Haram itu adalah 22,5 m dan
seluruhnya dihias dengan dekorasi dan
ornament Islami dan dibalut dengan variasi
batu pualam dan batu buatan.
Al Masjidil Haram kini terdiri atas tiga
lantai: Lantai bawah tanah tingginya 4.3 m,
lantai dasar tingginya 9.8 m, dan lantai satu
tingginya 9.64 m. Seluruh lantai paling atas
(bagian atas atap) Al Masjidil Haram sudah
dibalut dengan marmer untuk digunakan
oleh para jamaah.
Tiga kubah dibangunan perluasan Al
Masjidil Haram semunya terletak kira-kira
ditengah sejajar dengan pintu gerbang
utama.
Ketiga kubah itu dibalut dengan keramik.
Tinggi tiap kubah itu adalah 13 m dan
diseluruh lingkarannya ada lubang-lubang.
Bentuk luarnya menyerupai kubah-kubah
yang sudah ada sebelumnya dilantai paling
atas Al Masjidil Haram.
Spesifikasr Bangunan
Kegiatan Pembangunan dibangunan
perluasan Al Masjidil Haram ini diperkirakan
menggunakan 111.750 m
3
beton dan 12.700
ton besi. Untuk keperluan tenaga listrik,
dibangun 2 stasiun penyaluran arus listrik
dikedua sisi bangunan perluasan tersebut,
tiap stasiun itu terdiri atas 3 saluran arus
listrik masing-masing berkekuatan 1.6 Mega
Volt amper yang bisa menyediakan tenaga
listrik cadangan dengan jumlah beban
100%.
Alat-alat penerang dibangunan perluasan
Al Masjidil Haram ini terpisah dari alat
penerang yang sudah ada sebelumnya.
Dibangunan perluasan ini dilengkapi
dengan 71 lampu kristal gantung besar,
160 lentera dan 718 unit alat penerang
yang dipasang di tembok. Semuanya
terbuat dari tembaga dan kristal. Begitu
pula 5.135 unit lampu neon dan 174 lampu
sorot (spot lite) berkekuatan 400 watt serta
672 lampu mercuri berkekuatan 250 watt
yang memancarkan sinar yang lebih terang
ketimbang sebelumnya.
Di bangunan perluasan itu pula dipasang
pula jaringan siaran lokal yang selaras
dengan luasnya bangunan tersebut. Jaringan
ini digabungkan dengan jaringan yang
sudah ada. Juga dialokasi 3 tempat untuk
kelompok-kelompok pengajian. Bangunan
perluasan itu juga dilengkapi dengan
sejumlah jam dinding yang dihubungkan
dengan system jam sentral yang sudah ada.
Selain itu dipasang pula system peringatan
kebakaran dan system telepon serta system
pengendalian otomatis.
Perluasan yang sekarang ini adalah
perluasan horizontal bagi lantai-lantai yang
sudah ada sebelumnya. Yaitu lantai bawah
tanah, lantai dasar dan pertama dan lantai
atas (atap). Mengingat bahwa lantai bawah
tanah dengan seluruh ketinggiannya terletak
di bawah permukaan tanah, maka suhu udara
dilantai ini diatur secara mekanik. Sedangkan
lantai dasar dan lantai pertama terletak diatas
permukaan tanah. Karenanya untuk kedua
lantai ini diciptakan system pengaturan udara
secara alami. Melalui lubang-lubang yang
berhadap-hadapan pada jendela-jendela
dengan pemasangan kipas-kipas angin di
pilar-pilar dan dengan menciptakan suatu
system baru untuk mempersejuk udara
yang bersandar pada prinsip mendorong
udara dingin melalui dataran tinggi dan
mendistribusikannya ke tingkat yang tinggi
sekitar pilar-pilar persegi empat. Untuk itu
dibangun suatu stasiun dikawasan Ajyad yang
berisi sejumlah mesin pendingin otomatis
berkekuatan 13.500 ton pendingin.

Juga dibangun terowongan pelayanan
yang menghubungkan stasiun sentral
dengan Al Masjidil Haram yang memanjang
disepanjang jalan terbuka dari stasiun
tersebut. Hingga pintu gerbang masuk
terowongan Kuday. Kemudian berlanjut
melalui terowongan Kuday hingga bangunan
masjid, dari sini lalu bercabang menjadi 2
bagian yang mengelilingi seputar bangunan
masjid berbentuk suatu rangkaian lingkaran
yang integral. Panjangnya terowongan
yang memanjang stasiun sentral dan
bangunan masjid adalah sekitar 3,5 km.
Sedangkan rangkaian lingkaran diseputar
bangunan masjid panjangnya adalah sekitar
2 km. Terowongan itu berisi pipa-pipa
terpisah yang menyalurkan air. Terowongan
ini dilengkapi dengan segenap sarana
penerang dan pengaturan udara serta aparat
pengendalian otomatis.
Dilakukan pula rancang ulang dan
distribusi pelayanan dikawasan-kawasan
yang memisahkan. Dikawasan yang terletak
di muka BabAl MalikAbdulAzis, terowongan
ini bersambung dengan terowongan Al
Birkah, dan dari terowongan yang terakhir
ini ditempuh jalan menuju Kuday dan Jalan
lingkar ketiga.
Sisi-sisi terowongan itu dibalut dengan
ubin besi beton yang sudah jadi dalam
berbagai bentuk indah dan disinari lampu
dari samping. Digunakan pula marmer di
kawasan-kawasan halte-halte bus yang
dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas
bersinar untuk memperlancar arus keluar
masuk kendaraan. Terowongan itu dilengkapi
pula dengan system pengawasan televisi
dalam ruangan, system pemadam kebakaran
dan aparat pengawasan gas monoksit karbon.
Disamping stasiun-stasiun khusus, papanpapan distribusi listrik, tenaga pembangkit
listrik cadangan dan sumber energi tak
putus-putus. Terowongan tersebut juga
dilengkapi dengan jaringan pembuangan
air hujan untuk mencegah masuknya air
hujan kedalam terowongan dari pintupintu keluar-masuk. Proyek ini mencakup
persimpangan-persimpangan bawah tanah,
disamping jembatan sepanjang 100 m untuk
arus lalu lintas yang datang dari jalan Jabal
Al Kabah menuju jalan Ibrahim Al Khalil.
Proyek Pembonskaran dan
Petnban$unan Kembali
Kawasan Al Marwah
Proyek ini mencakup penghancuran dan
pembongkaran kawasan Al Marwah (pada
batas pemisah perpanjangan) dengan
segenap lantainya, termasuk pilar-pilar
penyangga, kubah dilantai paling atas
(atap), tangga-tangga dan sebagainya serta
pengalihkan perkantoran dan pelayananpelayanan pada saat dilaksanakannya
kegiatan penggalian batu gunung dan
penghancurannya yang diperlukan.
Proyekini bertujuan membangun kembali
kawasanAlMarwah dengan segenap lantainya
bersamaan dengan pembongkaran pilarpilar yang ada sekarang yang menyangga
loteng (atap) dengan maksud memperluas
areal kawasan itu. Areal kawasan itu akan
bertambah pada tiap lantai seluas sekitar
130 m
2
sehingga menjadi 375 m
2
, ketimbang
areal sekarang yang luasnya 245 m
2
Lebar .
kawasan Al Marwah pada tiap tantai dasar
dan lantai pertama akan menjadi 26 m,
ketimbang 16 m lebar sekarang. Proyek
ini juga mencakup pembangunan kembali
kubah diatas lantai paling atas dalam bentuk
arsitektur yang selaras dengan kubah As
Safa.
Arus keluar dari kawasan Al Marwah
juga mengalami perbaikan dan kepadatan
pada garis besarnya telah dapat dikurangi
setelah penambahan areal kawasan itu dan
memperlengkapinya dengan 6 pintu yang
baru dilantai dasar untuk memperlancar
arus keluar para jamaah menuju pelataran
timur.

Kegiatan Perbaikan Jembatan
Al Jamarat dan Kawasan Yang
Mengitarinya.
Bekas tanjakan sebelah timur diarah
Mina telah dibongkar dan dibangun tanjakan
yang baru untuk naik ke atas jembatan
Al Jamarat (tempat pelontaran Jumroh)
selebar 45 m setelah perubahan jalur
dan melakukan pencucian Kabah sebagai
pertanda selesainya kegiatan pemugaran
yang menelan waktu beberapa bulan dan
tidak pernah terjadi sebelumnya sejak
lebih dari 337 tahun, yaitu sejak tahun
1040 H (1620 M) kegiatan pemugaran ini
mencakup : Pemugaran dan pembaharuan
total terhadap Al Kabah Al Musyarafah,
atap Kabah dan 3 pilar-pilarnya. Dindingdinding Kabah dari arah dalam dan luar serta
lantainya, marmer atap, dinding-dinding
dan lantai Kabah, tangga dalam Kabah,
pondasi luar, tembok Hijir Sayidina Ismail,
pancuran Kabah.
Proyek Terowongan Lalu Lintas
di As Souq Ash Shaglr
di Makkah Al Mukarromah
Terowongan Ash Souq Ash Shagir
memanjang dari jalan Ummul Qura, jalan
Jabal Al Kabah hingga jalan Ajyiad - As Sud
melintasi sejajarnya bangunan perluasan Al
Masjidil Haram dan Bab Al Malik Abdul Azis
sampai ke Rumah Sakit Ajyiad sepanjang
(keseluruhannya) 900 m dan bagiannya yang
tertutup sepanjang 600 m.
Terowongan tersebut terdiri atas 2 jalur
yang terpisah oleh jalur pemisah ditengahtengahnya. Jalur pertama untuk masuknya
orang-orang yang datang dari Mekah Barat
dan Jedah dari jalan Ummul Quro sehingga
mereka bisa keluar dari 2 jalan keluar.
Yaitu Al Malik Abdul Azis dan jalan Ajiyad As
Suud. Sedangkan jalur keluar kedua untuk
orang-orang yang datang dari mekah Timur
dan Al Masyair (tempat-tempat pelaksanaan
manasik haji melalui jalan Al Malik Abdul
Aziz sehingga mereka bisa keluar jabal Al
kabah dan dari sana ke jalan Umul Quro.
Juga ditambahkan jalur ketiga khusus untuk
kendaran bus, yaitu antara halte-halte bus
didalam terowongan.
Tujuan dari pembangunan terowongan
tersebut adalah untuk memisahkan antara
arus penyebaran para jamaah diatas
pelataran dan arus kendaraan bus dan mobilmobil yang menggunakan terowongan itu
serta merubah kawasan diatas terowongan
menj adi pelatar an- pelatar an untuk
keperluan shalat dan kawasan khusus untuk
para pejalan kaki.
Begitulah k ita dapati pelatar anpelataraan dimuka pintu (Bab) Al Malik
Abdul Aziz dan Bab Al Malik Fahd itu
sunyi dari arus mobil-mobil dan bus-bus.
Dipelataran-pelataran itu hanya ada satu
jalan untuk digunakan pada saat-saat
darurat dan kunjungan para tamu Negara.
Dengan demikian para jamaah pada
saat keluar dari Al Masjidil Haram bisa tiba
ketempat-tempat mereka tanpa kendala
apapun atau bercampur dengan mobil-mobil
dan bus-bus.

Orang-orang yang berminat turun keterowongan itu juga bisa menempuh tangga-tangga berjalan yang ada diareal itu, dimana terdapat 4 kelompok tangga-tangga berjalan dan tangga-tangga biasa. Ketinggian terendah diterowongan itu adalah 5,5m, dilengkapi dengan system pengatur udara melalui kipas-kipas air raksasa untuk menyedot udara guna menjamin tidak tercemarnya udara didalam terowongan itu.

Didalam terowongan itu ada 4 halte pemberhentian bus untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Ada 2 halte untuk tiap arah. Dua halte terletak didekat Bab Al Malik Abdul Aziz dan dua halte terletak didekat Bab Al Malik Fahd dibangunan perluasan. Jumlah halte pemberhentian bus ini masih bisa ditambah dengan menggunakan jalur-jalur bagian dalam terowongan itu, karena lebar terowongan itu seluas 12 m dikawasan tengah dan 8,3 m ketika terowongan itu terbagi diujungnya.

Antara masjid yang sekarang dan bangunan perluasan guna menciptakan pelaksanaan yang lebih baik, termasuk pembuangan air hujan, penyedian air Zamzam, jaringanjaringan pemadam, dan selokan-selokan untuk pembuangan bekas air pembersih. Pr oyek pengalihan ter owonganterowongan kendaraan dan para pejalan kaki serta pembuatan pelataran-pelataran yang mengitari tempat sa'i (Al Mas'a) untuk keperluan shalat adalah pelengkap proyek-proyek ini.

Untuk itu jalan lingkar pertama antara jalan Ajyad dan kawasan SyiibAli da Al Oasyiyiah telah dirubah dengan memindahkan jalurnya kearah timur, namun tetap mempertahankan luas yang ideal dari jalan tersebut yang terdiri atas 2 lajur pada setiap jalur dengan penambahan lajur-lajur tambahan untuk untuk memperlancar arus lalu lintas diperempatan-perempatan. Telah dibangun 4 jembatan untuk memperlancar arus lalu lintas dijalur lingkar, disamping sejumlah tanjakan untuk memperlancar arus belokan utama, juga telah diubah terowongan pejalan kaki yang menuju ke As Safa, yaitu dengan mengubah lajur terowongan ini dibagian akhirnya sehingga tempat keluarnya terletak disebelah selatan terowonganterowongan jalan lingkar pertama dikawasan Syi'ibAli dengan tetap mempertahankan luas yang sama dari terowongan-terowongan ini yaitu tiap terowongan seluas 11,4 m dan menciptakan system mutu dan kwalitas tata sinar dan pengaturan udara serta sarana keselamatan yang sama.

Pelataran - pelataran
Pembangunan pelataran-pelataran yang mengitari Al Mas'a untuk keperluan shalat adalah menc ak up per luas an kawasan disebelah timur Al Mas'a dengar membongkar kamar-kamar kecil (wc) yang ada dibawah tanah dan meruntuhkan jembatan-jembatan besi serta menyiapkan areal keseluruhan seluas 42.000 m2, antara lain termasuk areal seluas 31.000 m2 untuk pelataran-pelataran yang dibalut marmer putih dan dikitari pagar-pagar perunggu diperuntukkan buat keperluan shalat.

Juga dibangun suatu bangunan kamarkamar kecil yang baru disebelah utara pelataran-pelataran Al Mas'a terdiri dari 2 lantai yang luas keseluruhannya berjumlah 14.000 m2, disamping lantai paling atas. Bangunan ini berisi 1.440 kamar kecil dan 1.091 kran untuk berwudhu serta 162 kran air minum, dilengkapi lorong-lorong untuk memperlancar arus para jamaah dari Al Opsyiasyiah ke pelataran-pelantaran tempat shalat yang baru itu, tanpa harus mengganggu arus lalu lintas. Juga diperhatikan penyediaan kamarkamar kecil (wc) khusus untuk kaum wanita dengan pintu masuk yang terpisah. Pemugaran Total Terhadap Bangunan Kabah.

Dalam ruang lingkup perhatian yang diberikan pimpinan Saudi terhadap Baitullah Al Haram dan tempat-tempat suci lainnya, dan berpijak dari landasan keimanan yang mengendalikan arah para pemimpin dinegeri yang suci ini, maka pada tanggal 7 Sya'ban 1417H (17 Desember 1996) dilaksanakan upacara berkenaan dengan selesainya kegiatan pemugaran total terhadap Al Musyarafah sesuai dengan keagungan dan kesuciannya.

Upacara itu dipimpin oleh putra Mahkota merangkap Wakil Perdana Menteri dan Pangllma Pasukan Pengawal Nasional Saudi. Pangeran Abdullah bin Aziz, mewakili Khadimul Haramain Asy Syarifain (pelayan 2 masjid suci), Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud. Dalam kesempatan itu beliau berkenan menjadikan tanjakan itu menghadap kejalan para pejalan kaki yang datang dari arah Mina
dan Al jumrah As sugro dari arah utara dan selatan juga telah dibongkar dan bagian yang ditutup dengan ubin jembatan telah diganti dengan bagian-bagian jembatan yang mengitarinya.

Demikian pula dibangun dua tanjakan yang baru, masing-masing selebar 15 m untuk turun dari jembatan antara Al Wushtha dengan penambahan kawasan sambungan dengan kedua tanjakan tersebut, disamping perluasan tanjakan arah barat untuk arah Al Masjidil Haram (Makah) dari 20 m menjadi 40 m dan memperindah kawasan sambungan tanjakan ini dengan membongkar atap peneduh sepanjang 60 m dan juga membongkar perintang-perintang jalan.

Dibangun pula 5 bangunan untuk pusatpusat pelayanan dan pengendalian keadaan darurat yang terdistribusi sepanjang jembatan. Ke 5 bangunan itu punya tanggatangga yang diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama dalam kasus-kasus darurat juga dibangun menara pengawas dengan membangun tiga lantai tambahan disuatu bagian dari areal lantai paling atas pusat pelayanan yang terletak disebelah utara Al Jumrah Al Wustha. Disamping itu dibangun 4 pusat keamanan yang terdistribusi digerbang-gerbang masuk tanjakan-tanjakan utama dan cabang, dan asrama-asrama pasukan keamanan umum.

Dalam ruang lingkup kegiatan-kegiatan, dilaksanakan system petunjuk-petunjuk biasa yang digantung untuk memberi petunjuk kepada para jamaah haji dengan penyiarannya dan pemasangan bantalanbantalan udara untuk mengarahkan arus pejalan kaki didekat Al Jumrah Al Kubra diatas jembatan. Untuk menciptakan pelayanan tambahan kepada para tamu Allah dilaksanakan system penyejuk udara dengan memasang 150 kran air dingin diantara Al Jumrah As Sugro dan Al Jumrah Al Kubra diatas jembatan dengan system pembuangan air khusus untuknya. Begitu juga diperindah dan perbaharui system penyinaran denganmelipat gandakan jumlah unit-unitnya dan merubahnya menjadi warna putih ketimbang warna kuning disertai pendistribusian ulang unit lama.

Selain itu telah diper indah dan ditingkatkan efektivitas system pengaturan udara dibawah jembatan dengan menambah kipas-kipas gantung pada segenap posisi jembatan dan memasang 18 kipas raksasa yang terdistribusikan 6 kipas untuk tiap jumrah dari ketiga jamarat. Kawasan diseputar jembatan juga diperindah dan diatur dengan meratakan dan mengaspal segenap pelataran yang mengitari jembatan dan memisahkan arus kendaraan dari arus pejalan kaki, yaitu dengan memasang perintang-perintang besi beton yang saling berjauhan dan mencegah masuknya kendaraan serta memungkinkan penyeberangan para pejalan kaki. Dalam ruang lingkup penyediaan pelayanan-pelayanan yang diperlukan oleh para jamaah haji dan menghubungkannya kejembatan, maka telah dilaksanakan system penyaluran air, pembuangan air limbah, telepon, listrikdan pembuangan air dari atas jembatan dan memasok bangunanbangunan dan pusat-pusat keamanan dan pelataran-pelataran yang yang mengitari jembatan dengan system ini. Telah dipasang system pengawasan televisi dibawah dan diatas jembatan dan dihubungkan dengan gedung pasukan keamanan umum di Mina. juga dipasang tangga besi darurat diarah utara di depan Al Jumrah As Sugro. Begitu pula dibangun sebuah jalan di sebelah utara dan selatan jembatan dari jalan Souq Al Arab sampai

Kejalan Majratul Qabsi selebar 20 m. Jalan ini terdiri atas 6 lajur. Pelataran-pelataran yang dihasilkan oleh pembongkaranpembongkaran tambahan di arah utara dan selatan jembatan telah diratakan. Di samping itu telah dibuat sebuah tangga sepanjang sekitar 80 m di arah selatan jembatan yang menghubungkan antara jalan Al Malik Faizal dan pelataran selatan jembatan dengan pagar besi di sepanjang lingkarannya.

Kegiatan Perbaikan di kawasan Muzdalifah Tahap Ke-2Tahap kedua dari perbaikan-perbaikan di kawasan parkir bus jamaah haji yang baru. Yang pertama terletak di jalan nomor 2 arah barat daya kawasan Muzdalifah. Di kawasan ini dibangun tempat parkir-parkir bus terdiri atas dua baris yang berbeda panjangnya dan sejajaran dengan tempat-tempat parkiryang ada sekarang dikawasan itu. Sedangkan yang kedua teletak disebelah barat jembatan Al Malik Faizal antara jalan no 3 dan jalan Al Azijiyah. Di kawasan ini dibangun tempattempat parkir bus terdiri atas 3 baris sejajar dan berbeda-beda panjangnya. Pekerjaan dikedua kawasan ini mencakup pemotongan batu-batu gunung, pemasangan trotoardan perintang-perintang besi beton, penataan batu-batu pinggir jalan, pembuangan air hujan, pengecatan rambu-rambu lalu lintas, kegiatan penyinaran dengan menggunakan menara-menara dan peralatan-peralatan yang diperlukan. Diantara kegiatan perbaikan-perbaikan ini juga ada pembangunan sebuah jalan disepanjang jembatan Al Malik Faizal guna memperlancararus lalu lintas bus-bus jamaah hajl antara Arafah dan Muzdalifah dan untuk mencegah kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut jalan ini menghubungkan lanjutan jembatan Al Malik Faizal dari arah selatan dengan jalan Ath Taif melintasi jalan no 2, yaitu sepanjang sekitar 2.500 m dan selebar 40 m, dengan pembuatan persimpanganpersimpangan bawah tanah disepanjang kedua jalan tersebut. Kegiatan ini juga mencakup pelaksanaan pemotongan batubatu gunung, penghancurannya, perataanya dan pemasangan trotoar-trotoarnya.

Biaya Proyek
Biaya Proyek Khadimul Haramain Asy Syarifain (Pelayan dua masjid suci) untuk perluasan Al Masjidil Haram di Mekah Al Mukarromah, termasuk dana ganti rugi berjumlah SR 30.178.181.775 (Tiga puluh milyar seratus tujuh puluh delapan juta seratus delapan puluh satu ribu tujuh ratus tujuh puluh lima real Saudi).**


MASJID NABAWI
Berdoa Bagai di Taman Surga
WAKTU Rasulullah masuk Madinah, kaum Anshor mengelu-elukan beliau,menawarkan rumah untuk beristirahat. Namun Rasulullah SAWmenjawab dengan bijaksana: "Biarkanlah unta ini jalan, karena iadiperintah Allah,". Setelah sampai di hadapan rumah Ayyub AI-Anshori, untatersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Ayyub Al Anshori tinggal dirumahnya. Setelah beberapa bulan tinggal disana, Nabi mendirikan masjid diatassebidang tanah yang sebagian milik As'ad bin Zurrah diserahkan sebagai wakaf. Sebagian milik anak yatim Sahal dan Suhail anak Amir bin Amarrah di bawah asuhan Mu'adz bin Atrah, waktu membangun masjid nabi meletakan batu pertama selanjutnya kedua, ketiga, keempat dan kelima, masing- masing oleh Abu Bakar, Umar, UstmandanAli. Kemudian dikerjakan dengan gotong royong sampai selesai. Pagarnya dari batu tanah (setinggi 2 meter).Tiang-tiangnya dari batang pohon kurma, atap dari pelepah pohon kurma, halaman ditutup dengan batu-batu kecil, kiblat menghadap Baitul Mapdis, karena belum turun perintah Allah untuk kearah Ka'bah. Pintunya ada 3, yaitu pintu kanan, pintu kiri dan pintu belakang. Panjang 70 hasta, lebar 60 hasta.

Masjid Nabawi, megah di malam hariDengan demikian masjid itu sederhana sekali, tanpa hiasan, tanpa tikar, dan untuk penerangan malam hari, menggunakan pelepah pohon kurma yang kering dan dibakar. Masjid tersebut dibuat tahun kesatu Hijriyah. Di sisi timur Masjid dibangun tempat kediaman nabi dan kelurganya yang kemudian jadi tempat pemakamannya. Sebagai Al Haram Al Madani (tempat suci). Hampir semua jamaah haji (Haji dan Umrah) dari berbagai negara, berkunjung ke Masjid Nabawi. Bahkan Jamaah haji Indonesia diprogram secara khusus, untuk berkunjung ke Masjid Nabawi. Kesempatan berziarah ke Masjid Nabawi sekurangkurangnya delapan hari, yaitu untuk melaksanakan 40 shalat fardlu, secara berturut-turut, tanpa terputus.

Sejarah Pembangunan
Setelah Nabi Hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M, sebagai pemimpin umat, beliau membangun masjid, yang dikenal dengan Masjid Nabawi. Masjid ini dibangun di atas tanah Sahal dan Suhail, dua anak yatim yang diasuh oleh Muadz bin Atrah, salah seorang kaum Anshor (para Pendukung Nabi Muhamad SAW di Madinah). Tanah tersebut dibeli oleh Nabi seharga 10 dinar, meskipun Sahal dan Suhail rela mewakafkan untuk Nabi Muhamad SAW.Ketika pertama kali dibangun Masjid Nabawi berukuran 35 x 30 m. Dindingnya terbuat dari tanah yang dikeringkan, tiangnya dari batang pohon kurma, dan atapnya dari pelepahnya. Di sebelah timur masjid dibangun sebuah ruangan rumah Nabi Muhamad SAW dan di sebelah Barat dibangun sebuah ruangan bagi orang miskin dari Kaum Al- Muhajirin (orang- orang yang ikut bersama Nabi dari Mekah ke Madinah)yang kemudian dengan julukan Ahlus Suffah (yang berbantalkan pelana kuda).

Pada tahun 7 H, Nabi Muhamad SAW memperluas masjid ini ke arah Timur, Barat dan Utara, sehingga berbentuk bujur sangkar (45 x 45 m), dengan mencapai luas 2.025 m2
Menjelang wafatnya, setelah .orang Arab berdatangan dari berbagai semenanjung Arabia ke Madinah untuk menyatakan keislamannya, sementara penduduk Madinah sendiri juga terus bertambah, Nabi Muhamad SAW bersabda: "Selayaknya kita memperluas masjid ini". Sampai sekarang perluasan dan perbaikan masjid sudah terjadi beberapa kali.

Perbaikan dan Perluasan Masjid Nabawi:
1. Tahun ke 4 H masjid ini diperbaiki dengan lantai dari batu bata. Setelah kiblat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke arah Ka'bah, pintu belakang dijadikan Mihrab.

2. Tahun ke 7 H sesudah perang Khaibar, diperluas sehingga menjadi panjang 50m dan lebar 50 m.

3. Tahun 17 H pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab, diperluas lagi 5 m sebelah barat dan 15 m ke sebelah utara. Dan pada tahun ke 21 H mengalami perubahan yaitu tiang-tiang yang terbuat dari pohon kurma diganti, dasarnya terbuat dari batu dan pintunya ditambah menjadi 6 buah yaitu dua pintu sebelah kanan dan dua pintu sebelah kiri dan dua pintu di belakang.

4. Tahun 29 H di zaman pemerintahan Ustman bin Affan diperluas lagi atas permohonan penduduk Madinah, mengingat bertambahnya penduduk dan banyaknya yang shalat berjamaah, di nding te r b ua t da r i b eton , pondamennya dari timah dan dinding sebelah luar dihias dengan ukiran sejenis seng.

5. Tahun 88 H di zaman pemerintahan Abdul malik dan Umar bin Abdul Aziz menjabat Gubernur Madinah diadakan perbaikan yaitu lantai diganti marmer, makam Rasulullah dan kedua sahabatnya dimasukan ke dalam bangunan masjid dan didirikan 4 buah menara. Dindingnya dihias dari sejenis seng dilapisi dengan emas.

6. Pada tahun 161 H, masa pemerintahan Mahdi Al Abbasi masjid diperluas lagi, di sebelah selatannya seluas bangunan masjid yang telah ada.

7. Tahun 654 H bertepatan dengan hari jum'at Ramadhan Masjid Nabawi terbakar, sehingga mendatangkan kerusakan yang tidak sedikit. Maka Khalifah Al Mu'tasim Billah memerintahkan agar segera dibangun kembali.

8. Pada tahun 886 H terjadi kebakaran yang kedua kalinya akibat sambaran petir, karena besarnya api mengakibatkan hampir seluruh bangunan terbakar kecuali makam Rasulullah SAW. Al Sraf Al Qpit Ney dari Mesir memberi bantuan 60.000 pound emas sebagai sumbangan rehabilitasi.

9. Tahun 980 H dimasa pemerintahan Sultan Salim, beliau memerintahkan agar dibangun mihrab yang terletak di sebelah mimbar.

10. Tahun 1233 dimasa pemerintahan Sultan Mahmud, dibangun kubah Al Khadra (Kubah Hijau yang terlihat sampai sekarang).

11. Tahun 1265 H dimasa pemerintahan Sultan Abdul Majid, beliau memerintahkan perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan yang paling besar dalam sejarah pembangunan Masjid Nabawi sehingga memakan waktu 12 tahun. Dalam pembangunan ini dinding dan tiang-tiangnya dihiasi dengan ukiran-ukiran dan tulisan- tulisan yang indah yang terdapat di dinding sebelah dalam selatan, ditulis oleh seorang penulis terkenal yang bernama Abdullah Bey Zuhdi, berisikan Surat Al Fatihah, Asma'ul Husna, nama Nabi Muhamad SAW dan sebagainya. Pembangunan tersebut diselesaikan tahun 1277 H, hasilnya sampai sekarang masih tetap ada. Bangunan Sultan Abdul Majid ini antara lain Bab Rahmah. Untuk mengingat jasa beliau dalam usahanya memperbarui Masjid Nabawi maka salah satu pintu masjid yang terletak di muka (tengah sebelah utara) di beri nama Bab Al Majid.

12. Pada tanggal 12 Sya'ban tahun 1349 H Raja Abdul Aziz bin Su'ud mulai memperbaiki lantainya dan memperluas masjid. Pemerintah Mesir ikut membantu perbaikan masjid tersebut mengingat jamaah haji semakin meningkat apalagi setelah perang Dunia Kedua banyak negara- negara yang dulu dijajah kini menjadi negara merdeka, ditambah lagi perjalanan antara negara telah lancar dan cepat, maka sesudah pembangunan yang diadakan Sultan Abdul Majid, Raja Abdul Azis bin Su'ud memperbesar dan memperbarui lagi masjid tersebut. Luas masjid ditambah 6024 m2 dengan biaya RLS 300.000.000

Data perkembangan Masjid Nabawi mulai dari zaman Rasulullah SAW, luas masjid saat waktu dibangun Rasulullah: 2.475 m2
Tambahan Khalifah Umar bin .Khattab: 1.100 m2
Tambahan Khalifah Ustman bin Affan: 496 m2

Tambahan .
Khalifah Wali bin Mahdi: 2.450 m2
Tambahan Asraf Al Qoit Bey: 120 m2
Tambahan Sultan Abdul Majid Al Ustmani 1.293 m2
Tambahan RajaAbdul Aziz : 6.293 m2
Jumlah pintu yang dibuat sampai dengan masa Abdul Aziz adalah :
a. Bab Suud
b. BabAbdulAziz
c. Bab Abdul Majid
d. Bab Abu Bakar Assiddiq
e. Bab Umar bin Khattab
f. Bab Ustman bin Affan
g. Babus Salam
h. Babur Rahman
i. Babun Nisa
j. BabJibril
Setiap pintu tinggginya 6 m dan lebarnya 3,2 m terbuat dari kayu dihias ukiran tembaga kuning model Arab. Jumlah tiang sebanyak 232 buah, masing-masing tingginya 5 m. Didirikan 2 buah menara terletak di muka masjid tingginya masing-masing 70 m.
13. Perluasan pada masa Raja Faisal bin Abdul Azlz Al Saud seluas 40.440 m2
14. Perluasan oleh Raja Khalid bin Abdul Azis al Saud dengan penambahan luas 43.000 m2
15. Perluasan oleh Raja Fahd bin Abdul Azis dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Raja Fahd pada tanggal 9 Muharram 1406H. Sehingga luasseluruh bangunan Masjid Nabawi sekarang 165.000 m2

Penambahan menara dari empat menjadi 10 buah dengan tinggi masing-masing antara lain 4 buah menara setinggi 72m dan 6 menara lainnya setinggi 62 m. Menambah 1 pintu utama dan 65 pintu lainnya sehingga keseluruhannya berjumlah 95 pintu (termasuk pintu atas). Bangunan Masjid Nabawi yang sekarang ini ditambah dengan halamannya sudah mencakupi keseluruhan luas kota Madinah pada zaman Nabi Muhammad SAW sehingga kuburan (Maqbarah) Baqi yang dulu berada di pinggir kota sekarang ini berada di pinggir halaman masjid.

Sementara itu masjid bagian belakang di atas Bab Al Madjid dari sebelah barat memanjang ke timur telah dibangun bertingkat dua yang digunakan sebagai perkantoran, perpustakaan, gudang peralatan masjid dan selebihnya dapat digunakan sebagai tempat shalat apabila jamaah terlalu padat. Di dalam masjid diberi sketsel yang dapat diangkat memanjang dari belakang makam Rasul sampai ke pintu utama di sebelah utara. Di sebelah kanan untuk jamaah wanita. Masjid Nabawi sudah ber AC seluruhnya (full AC).

Tiang-tiang di Masjid Nabawi (Ustuwanah)

1. Tiang /Ustuwanah Aisyah

Berada di tengah-tengah Raudlah sebelah barat makam Nabi, Nabi pernah mengimami shalat jamaah kira-kira 3 bulan di tempat ini, setelah peralihan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram Mekah.

2. Tiang Al-Wufud
Dikenal juga dengan nama tiang Abi Lubabah dan tiang At-Taubah, karena sahabat tersebut pernah merasa berdosa sehubungan dengan kesalahan yang diperbuatnya dalam memberi hukum bagi Yahudi Bani Nadzir yang tertahan. Abi Lubabah datang ke tiang tersebut dan berjanji tidak akan melepaskan dirinya kecuali Allah telah menerirna taubatnya. Keadaannya itu dipertahankan sampai turunnya ayat (An-Nisa 65 - 67) yang mejelaskan bahwa taubatnya telah diterima dan Rasulullah sendiri yang melepaskannya.

3. Tiang AI-Muhklakah
Dikatakan demikian karena Rasulullah suatu kali melihat dahak/kotoran melekat di tiang itu, maka Rasulullah memerintahkan seorang sahabat untuk membersihkannnya, dan sahabat bahkan memberikan minyak wangi pada tempat tersebut dengan minyak huluk. Dan Nabi merasa gembira karena perbuatan sahabat tersebut dan ini merupakan minyak wangi pertama (benda pertama yang diberi minyak wangi) di Masjid Nabawi.sahabat tersebut pernah merasa berdosa sehubungan dengan kesalahan yang diperbuatnya dalam memberi hukum bagi Yahudi Bani Nadzir yang tertahan. Abi Lubabah datang ke tiang tersebut dan berjanji tidak akan melepaskan dirinya kecuali Allah telah menerirna taubatnya. Keadaannya itu dipertahankan sampai turunnya ayat (An-Nisa 65 - 67) yang mejelaskan bahwa taubatnya telah diterima dan Rasulullah sendiri yang melepaskannya.

3. Tiang AI-Muhklakah
Dikatakan demikian karena Rasulullah suatu kali melihat dahak/kotoran melekat di tiang itu, maka Rasulullah memerintahkan seorang sahabat untuk membersihkannnya, dan sahabat bahkan memberikan minyak wangi pada tempat tersebut dengan minyak huluk. Dan Nabi merasa gembira karena perbuatan sahabat tersebut dan ini merupakan minyak wangi pertama (benda pertama yang diberi minyak wangi) di Masjid Nabawi.

4. Tiang As-Sarir
Berada di tempat l'tikaf Nabi di sebetah timur Ustuwanah At-Taubah, dinamakan demikian karena dahulu di sini ada tempat tidur Nabi terbuat dari anyaman daun kurma dan pelepahnya.

5. Tiang Al Haris/AI Muhris
Terletak di sebelah utara Tiang At-Taubah, dinamakan Al Haris atau tiang pelayan, k ar ena Sayydina Ali bin Abi Thalib selalu menanti panggilan Rasulullah dalam membantu kepentingan dan perintah Rasulullah di tiang ini, dengan itu pulalah tiang ini dikenal dengan tiang Ali bin Abi Thalib

Mihrab
Masjid Nabawi mula-mula tanpa mihrab.
Mihrab dibangun tanggal 15 Sya'ban tahun ke 2 H setelah Rasulullah menerima perintah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Yerussalem ke Baitulah di Mekah. Mihrab yang sekarang ini seluruhnya ada 5 buah yaitu:
1. Mihrab Nabawi di sebelah Timur Mimbar. Tempat Ini mula-mula dipakai untuk imam waktu beliau memimpin shalat. Mihrab ini hadiah dari Al Asyraf Qpit Bey dari Mesir.

2. Mihrab Sulaiman disebelah kiri mimbar bentuknya sama dengan Mihrab Nabawi. Dibangun pada tahun 938 H merupakan hadiah Sulthan bin Salim dari Turki

3. Mihrab Usmani, terletak di tengah-tengah dinding arah kiblat yang sekarang digunakan imam memimpin imam shalat berjamaah.

4. Mihrab Tahajjud, disebelah utara jendela makam Rasulullah. Bentuknya lebih kecil dari Mihrab Nabawi maupun Mihrab Sulaiman. Di tempat ini Rasulullah melakukan shalat tahajjud, dan Mihrab ini mengalami perubahan pada Zaman Sultan Abdul Majid.

5. MihrabAlMajid di sebelah utara Dakkatul Agawaat, jaraknya lebih kurang 4 meter. Dakkatul Agawaat itu yang agak meninggi antara Mihrab Tahajjud dan MihrabAlMaajid, panjangnya 12 meter dan tingginya 0,5 meter. Di tempat ini dulu berkumpulnya fakir miskin Ahlus Suffah. Masuk Masjid Nabawi dianjurkan dari Babus Salam atau pintu lain.


Makam Rasulullah
Makam Nabi Muhammad SAW dahulu dinamakan Musqurah. Setelah masjid itu diperluas, makam itu termasuk di dalam bangunan masjid. Pada bagian ini terdapat empat buah pintu.
a. Pintu sebelah Qiblat dinamai pintu At-Taubah
b. Pintu sebelah Timur dinamai Pintu Fatimah
c. Pintu sebelah utara dinamai Pintu Tahajjud
d. Pintu sebelah Barat ke Raudlah (sudah ditutup)


Raudlah
Raudlah adalah suatu tempat di dalam Masjid Nabawi yang letaknya ditandai tiangtiang putih, berada diantara rumah Nabi (sekarang makam Rasulullah SAW) sampai mimbar. Luas Raudlah dari arah Timur ke Barat sepanjang 22 m dan dari arah selatan ke Utara 15 m, Raudlah adalah tempat yang makbul untuk berdo'a. Rasulullah SAW bersabda/'Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudlah (taman) antara taman-taman surga".

Pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid ini disamping fungsi pokoknya sebagai empat ibadah (Shalat dan l'tikaf), juga berfungsi sebagai :
1. Tempat Musyawarah para pemimpin tentang masalah politik, kemasyarakatan dan keagamaan.
2. Pusat latihan militer
3. Tempat dilangsungkannya pengadilan
4. Pusat pendidikan dan pengajaran pengetahuan agama. Pada masa Khulafaur Rasyidin, fungsi Masjid Nabawi pada masa Rasulullah SAW diatas, terus berlangsung dan bahkan berkembang. Akan tetapi setelah masa Khulafaur Rasyidin, fungsi Masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan dan pengajaran llmu Pengetahuan Agama berkembang dengan pesat, termasuk ilmu-ilmu syari'at dan tasawuf. Namun fungsi politik dan kemiliteran menurun, karena Madinah tidak lagi menjadi pusat politik Islam.**

Sumber: http://www.yamp.or.id/file/buku

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

DOWNLOAD AZAN

ISLAMIC BANNER

ISLAMIC FHOTO

DAILY PRAYER TIME